Bab 5 - Belanja

17.2K 1.2K 80
                                    

Tak lebih dari 5 menit kemudian mereka sampai di pertokoan elit. Tadinya, Angga ingin mengajak Andira dan Angkasa ke mall, tapi ia urungkan niatnya karena Angkasa sudah tertidur dan mall pasti terlalu berisik untuk Angkasa.

Andira menelan ludahnya ketika melihat pertokoan elit ini, terlihat jelas kata MAHAL tak kasat mata di mana-mana.

"Mas, memangnya di sini gak mahal?" Andira terlihat gugup ketika mengatakannya.

Angga hanya mengangkat bahunya, "Mahal sih, makanya kamu jangan cari yang mahal-mahal." Angga tertawa kecil.

Sebetulnya, harga sama sekali tak masalah buatnya. Selain pekerjaannya sebagai dokter, Angga juga memegang saham di perusahaan ayahnya. Setelah mobilnya terparkir, Angga turun dan seperti biasa membuka pintu untuk Andira dan Angkasa yang sudah tidur lelap. Andira sedikit kepayahan ketika turun karena takut Angkasa terbangun dari tidurnya.

"Kaki kamu gak apa, kan?"

"Gak apa kok, Mas."

Mereka pun berjalan bersisian menuju sebuah toko yang menjual peralatan bayi.

"Beli kereta dorong buat Angkasa dulu ya, biar nanti pas milih baju kamu gak capek gendongnya." Kata Angga.

Andira hanya mengangguk.

Suka-suka Anggalah.

"Kamu denger gak tadi saya bilang apa?" Angga menghentikan langkahnya tiba-tiba.

Andira mengerutkan keningnya, jelas-jelas dia kan mengangguk tadi, "Denger kok, Mas."

"Kok kamu gak jawab?" Andira memutar bola matanya.

Yaelah.

"Kan tadi saya ngangguk, Mas."

"Oh, ya? Saya nggak lihat. Sekarang bisa kita lanjut jalan?"

Lah, tadi yang berhenti tiba-tiba memangnya siapa?

Andira mengangguk.

Tapi, bukannya jalan Angga malah kembali protes "Kamu sakit ya? Kok kayanya kamu lemas?"

Andira menghela nafas. "Enggak kok, Maaaas. Saya gak papa, jadi kapan kita mulai jalan?"

Angga nyengir kemudian kembali berjalan. Sebetulnya, Angga merupakan tipe cerewet dan banyak omong. Tetapi, biasanya hal itu hanya ditunjukkan pada orang-orang yang ia rasa nyaman dan merespon baik.

Jadi, Angga sudah merasa nyaman dengan Andira?

Andira masuk ke dalam kategori merespon baik, oke? Belum nyaman!

Angga membukakan pintu masuk Baby Shop itu dan menahannya untuk Andira. Karena Andira pasti susah untuk membukakan pintu.

"Selamat datang, Pak, Mbak. Cari apa ya?" sapa sang pramuniaga ramah. Terlampau ramah malah.

"Kereta bayi, untuk laki-laki." Jawab Angga singkat.

"Ada Pak, di belakang. Mari ikut saya." Sang pramuniaga pun memimpin jalan mereka.

Tiba-tiba Angga mendekat ke arah Andira dan berbisik padanya. "Kok tadi dia bilang saya 'Pak' tapi bilang kamu 'Mbak' ya? Memangnya saya benar-benar sudah terlihat seperti bapak-bapak?"Andira merinding ketika bibir Angga begitu dekat di telinganya. Angga suka mengejutkan orang ya?

Angga berlebihan sekali, karena panggilanpun dipermasalahkan.

"Kan Mas sudah punya anak, ya wajar dong kalau dipanggil 'Pak'" kata Andira berbisik juga, tetapi dengan jarak yang wajar.

"Tapi kok kamu dipanggil 'Mbak'?"

"Kan saya belum punya anak." Andira mulai kesal. Angga kekanakan sekali ternyata!

DestinyWhere stories live. Discover now