Part 10

29.3K 1.8K 67
                                    

Malam ini, Keira dan Samuel beserta para teman-temannya, diundang oleh mamanya Liam untuk makan malam bersama. Di sekolah tadi, ia mengatakan kalau mamanya ingin sekali berkenalan dengan teman-teman barunya di sekolah. Alhasil, karena Liam memang lebih dekat dengan mereka, jadinya ia hanya mengundang mereka ber-enam saja.

Saat sedang bersiap-siap, tiba-tiba saja ponsel Keira berbunyi. Terdapat satu panggilan masuk yang berasal dari...

Incoming call
Samuel

"Halo?" Tanya Keira setelah ia menerima panggilan telepon tersebut.

"Udah siap? Gue di bawah, nih,"

Keira pun mengangguk, walau tahu bahwa Samuel sudah pasti tidak bisa melihatnya. "Oke, gue turun."

Setelah mematikan sambungan teleponnya, Keira pun mengecek terlebih dahulu apa yang ia kenakan. Cocok, pikirnya. Lalu, setelah ia merasa yakin dengan apa yang dipakainya, ia pun segera turun ke bawah. Benar saja, sudah ada Samuel di sana yang saat ini sedang mengobrol dengan mamanya. Entah apa itu.

"Yuk, Sam, kita berangkat," sahut Keira seraya menarik tangan Samuel dan menggamitnya erat. Sontak, mamanya pun tersenyum geli melihatnya. Baginya, pemandangan seperti itu sudah tidak asing lagi di matanya. Sejak kecil, Keira memang cenderung lebih manja saat sedang bersama Samuel.

Samuel mengangguk. "Tante, kalau gitu kita berangkat dulu, ya," kata Samuel, kemudian mencium punggung tangan mama Keira dengan sopan. Sedangkan Keira, mengikuti di sebelahnya.

"Bawa mobilnya hati-hati, ya," ujar mama Keira.

Selama diperjalanan, Keira sibuk menghubungi teman-temannya yang lain. Mereka semua memang berniat untuk saling menunggu di sekitar kawasan tempat Liam tinggal. Ya ... karena mereka semua memang belum pernah ke sana. Begitu pula dengan Samuel, walaupun ia lebih dulu kenal dengan Liam, tetapi ia memang belum pernah main ke rumahnya.

Setelah bertemu dengan teman-temannya—Lisa, Ivy, Rio dan Kenio—mereka semua langsung bergegas mencari rumah Liam seperti yang sudah diberikan alamatnya saat di sekolah tadi. Kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka pun sampai di tujuan.

"Rumah lo susah banget dicarinya," begitu kata Samuel, ketika mereka semua sudah sampai di pelataran rumah Liam.

Liam mengangguk setuju. Awal ia pindah ke rumahnya, ia juga memang agak kesusahan mengingat jalannya karena lumayan susah dicari. Apalagi, untuk yang baru pertama kali. "Yaudah, yuk masuk."

Setelah masuk, mereka semua dengan segera menyalami mama Liam dan memperkenalkan diri masing-masing. Ia terlihat begitu cantik dan muda untuk wanita yang berusia sekitar empat puluhan. Belum lagi, sifatnya yang sangat ramah. Terbukti saat menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

"Tante, cantik banget," mama Liam pun sontak tersenyum geli mendengar ucapan Rio. Anehnya, cowok itu malah membalas dengan senyuman paling manisnya.

Saat itu juga, Lisa benar-benar pengin muntah rasanya. "Cih, cari muka aja."

"Bokap lo mana, Li?" Tanya Kenio tiba-tiba. Benar juga, sedari tadi, mereka semua memang tidak melihat adanya tanda-tanda keberadaan papa Liam.

"Masih di Sydney."

Saat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, mama Liam pun mengajak mereka semua ke ruang makan. Sebenarnya, tidak ada yang spesial, hanya saja mama Liam memang sangat ingin berkenalan dengan para teman-teman anaknya di sekolah baru. Ia takut kalau anaknya itu mungkin akan sulit beradaptasi dengan lingkungan asing. Apalagi, luar negeri seperti ini.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now