2. Luna

59 4 0
                                    

Luna menghela nafas lega.

Pertama, karena dia berhasil naik ke bus tanpa harus diganggu oleh lelaki pemabuk di halte. Setiap hari Luna selalu membayangkan suatu saat lelaki itu akan menerjang Luna dan mencincang tubuh tak berdaging Luna menjadi beberapa bagian. Ugh.

Kedua, karena bus sekolah Luna masih sepi. Berarti Luna dapat memilih kursi mana pun tanpa harus berurusan dengan anak-anak sekolah ababil dan rambut punk mereka. Ugh (lagi).

Dia pun berjalan menyusuri lorong bus dan memilih kursi paling belakang. Luna langsung duduk dan mengeluarkan mp3 kecilnya. Lalu ia pasang earphone berwarna putih dan mengeluarkan buku komik buatannya dari dalam tas. Ia pun melanjutkan menciptakan komik tentang alien dan pasukan luar angkasanya itu.

Dr. Torki harusnya udah mati di bab ini, pikir Luna sambil membalik-balikkan halaman komiknya. Memperhitungkan adegan dramatis selanjutnya yang akan dilukis di sebuah kanvas kosong. Dua halaman lagi deh.

"Minggir."

Sebuah tangan langsung menarik kabel earphone Luna dengan kencang. Saking kencangnya, kepala Luna ikut tertarik. Luna langsung mendongakkan kepalanya, lalu menatap mata Roy dalam-dalam.

Luna menundukkan kepalanya lagi. "Maaf, tapi aku duduk di sini duluan," ujar Luna pelan. Dia tak ingin memulai pertengkaran pagi-pagi.

"Gue gak peduli. Pindah." Roy menebas komik Luna. Lalu ia memalingkan wajahnya dengan tangannya yang bersandar di bangku Luna.

Dengan tubuh yang mungil itu Luna tahu bahwa dia tak akan bisa menang melawan Roy. Ditambah fakta bahwa Roy adalah lelaki berambut punk dengan tubuh seperti raksasa. Maka dengan terpaksa Luna mengepak peralatannya, lalu menyingkir dari kursi laknat itu.

Sial.

Orang-orang di dalam bus memperhatikan Luna dengan tatapan jijik. Beberapa dari mereka bahkan sengaja duduk di tengah-tengah kursi agar Luna tidak duduk di sebelahnya. Kasihan Luna, dia hanya ingin sepuluh menit yang damai di dalam bus.

Satu-satunya tempat yang tersisa adalah di anak tangga yang ada di samping supir bus. Jika boleh jujur, situasi ini sangat memuakkan Luna. Namun, apa boleh buat? Ini sudah menjadi sarapan Luna setiap hari.

Si cungkring anak supir bus, adalah panggilan Luna di kalangan bus sekolah.

"Sabar ya dek."
"Gapapa pak, terimakasih ya."

----
05/01/2016 - HAPPY NEW YEAR!


Luna & LeonWhere stories live. Discover now