Bagian 2

3.8K 132 5
                                    

Hari ini aku ada syuting video klip terbaruku di sebuah coffee shop. Pagi-pagi sekali Nala sudah menjemput ke apartemen. Sampai saat ini aku masih belum diizinkan menyetir sendiri oleh Nala, katanya kalau bawa mobil sendiri aku sering kabur dan telat jadwal syuting. Tapi memang begitu sih kenyataannya. Haha.... Meskipun Nala dan aku teman dari SD tapi Nala benar-benar disiplin kalau soal pekerjaanku. Tapi dia juga selalu bisa jadi sahabat bahkan kakak perempuanku.

"Abis ini adegannya apa?" Aku bertanya pada Nala yang ada duduk di sebelahku sambil memainkan smartphone-nya.

"ASTAGA!!" Bukannya menjawab pertanyaanku, Nala malah berteriak. Beberapa kru yang ada di sekitar kami sampai menoleh bersamaan, aku hampir saja melompat dari kursi saking kagetnya.

"Kenapa sih?"

"Kamu upload sobekan foto itu ke instagram?"

"Iya, kenapa? Kan biar Ramanya cepat ketemu."

"Cewek gila!" Nala yang hanya sedikit lebih tua dariku itu menjitak kepalaku, seolah aku anaknya saja.

"Aduh...."

"Mikir dikit kenapa sih? Itu kan foto masa kecil, nggak akan ngaruh banyak juga kali. Yang ada tuh berita infotainment mulai ramai bikin cerita aneh-aneh tentang kamu. Lihat ini, namamu masuk pencarian pertama hari ini di internet. Bahkan ada hashtag #CariRamaUntukShinta yang jadi trending topik teratas di twitter."

"Bagus dong."

"Bagus? Kamu suka digosipin ya?"

"Aku nggak peduli sama gosip. Biarin aja, namanya juga artis akan ada yang suka dan benci, itu kayak takdir susah dihindari. Aku sih biasa aja tuh."

##

Udah sebulan sejak hari aku menunjukan potongan foto Rama kecil ke publik, tapi tidak ada respon apa pun dari Rama. Rama tetap tidak muncul. Huh... sedih rasanya. Hampir putus asa. Apa aku memang tidak akan bertemu Rama lagi? Aku membuka instagram, postingan potongan foto Rama sudah tembus sepuluh ribu like lebih, bahkan komentar-komentar masih bermunculan.

Aku melihat foto-foto yang di-tag kepadaku sebagian besar adalah online shop yang numpang promo. Selebihnya foto dari penggemarku. Tapi... tunggu! Ada satu yang membuatku melotot. Sebuah potongan foto masa kecilku. Ah, ini kan sobekan foto yang satunya lagi. Seseorang meng-upload dan menandaiku di foto. Jantungku tiba-tiba kebas dan jariku gemetaran untuk membuka fotonya. Aku menarik napas dalam-dalam.

Apakah ini Rama?

Ini pasti Rama! Cuma dia yang punya potongan foto satunya lagi. Iya, cuma dia!

Aku membuka fotonya, dalam akun instagram-nya hanya baru terupload satu foto, foto profilnya pun hanya tulisan huruf R warna merah saja. Aku sedikit kecewa. Karena sebentar tadi aku sempat berharap akan tahu bagaimana wajah Rama sekarang.

Caption fotonya tertulis, "Aku masih menyimpannya." Senyumku mengembang sempurna, pipiku terasa hangat. Seolah aku benar-benar sedang melihat Rama di hadapanku sekarang. Rama dengan wajah yang manis, tampan dan senyum malaikatnya.

Aku meninggalkan komentar di foto itu, "Apakah kita bisa bertemu (lagi)?"

Darahku terasa berdesir dengan cepat dan membuat jantungku terasa hangat tiba-tiba. Syukurlah... dia masih menyimpannya. Aku yakin, ini pertanda baik dari Surga! Sayangnya hingga seminggu foto itu di-upload masih belum ada balasan untuk komentarku. Apakah Rama tidak membuka instagram-nya lagi? Atau dia memang tidak ingin bertemu denganku? Rasanya ada sedih yang menusuk dalam hatiku. 

Tidak cuma itu, beberapa media dan haters membuat berita konyol bahwa itu cuma akun palsu yang kubuat sendiri untuk menaikkan popularitas. Mereka tidak tahu bagaimana perasaanku. Bagaimana bahagia dan khawatirku jadi satu. Nala ingin membuat jumpa pers tapi aku menolak. Aku sudah cukup pusing menunggu sambil harap-harap cemas tentang Rama, aku tidak punya waktu memikirkan media dan para haters konyol itu.

Apakah Kita Bisa Bertemu (Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang