Bagian 5

2.4K 108 3
                                    

"Shinta!" Nala membuka masuk ke ruang make up dengan terburu-buru.

"Eh, ada apa?"

"Kamu kehilangan dompet?"

"Dompet? Hm... kayaknya nggak deh. Eh, sebentar aku cek dulu." Aku buru-buru mengambil tas di meja rias dan mengaduk-aduk isinya. Benar saja ternyata dompetku tak ada di sana.

"Duh, bener nggak ada? Wah jatuh di mana ya? Kayaknya di..."

"Lift apartemen kamu! Huh! Dasar ceroboh!" Nala mulai ngomel sambil memberikan dompet warna merah marun milikku. "Tadi aku periksa kayaknya kartu-kartu penting masih lengkap, uang tunai juga nggak hilang. Coba kamu periksa lagi."

"Loh kok, bisa ada di kamu?" Aku memeriksa isi dompet dan ternyata memang tidak ada yang hilang. Semuanya masih lengkap.

"Iya, tadi ada cowok keren nganter ini. Tapi aneh dia tahu namaku, ya? Dia bilang ke satpam cari Naladita Putri Darmawan."

"Hm... mungkin tahu dari infotainment."

"Bisa jadi. Nah, dia yang bilang kalau dompetmu jatuh di lift apartemen dan kebetulan dia tinggal di sebelah apartemen kamu. Itu cowok langka deh, udah keren, baik, tanggung jawab."

"Cowok keren?"

"Iya, kalau dimiripkan artis Korea dia itu mirip...."

"StopStop! Korea melulu, kamu mau sebut nama artis Korea mana pun aku nggak akan kenal. Tapi kayaknya aku tahu deh, dia itu si cowok di kamar 1155."

"Jadi benar, kamu punya tetangga sekeren itu? Astaga, kalau kamu lihat tadi, pas dia naik motor, bruuummm... aku sampai dag-dig-dug. Kalau aja nggak ingat sudah tunangan. Hahaha...."

"Dia nggak sekeren itu ah! Cowok nggak sopan, perokok, dan galak."

"Dia baik kok, tadi dia ngomong ke aku caranya sopan banget, kelihatan terpelajar gitu. Dia bahkan bilang jangan khawatir dia nggak akan membocorkan ke media tentang tempat tinggal kamu. Dan buktinya lagi dia mau repot-repot ke sini ngantar dompet kamu yang jatuh tanpa ambil untung apa-pun."

"Ya, itu kan memang sudah kewajiban tetangga."

"Kamu dingin banget."

"Lagian dia sudah punya pacar."

"Lho, memang kenapa kalau punya pacar?"

"Ya... nggak apa-apa sih. Ng... cuma supaya kamu nggak naksir aja."

"Yey! Enak aja, aku setia lho!"

Tiba-tiba wajah galaknya terlintas dalam pikiranku. Kalau boleh jujur, dia memang sebenarnya baik kok. Cuma kadang aku sebal dengan wajahnya yang selalu tidak ramah tiap menatapku, apalagi kebiasaan merokok sembarangannya dan cara bicaranya yang galak. Tapi agak aneh... dari mana dia tahu nama lengkap Nala? Sangat jarang infotainment yang menyebutkan nama lengkap Nala, Nala pun sangat jarang muncul di televisi. Siapa sih sebenarnya dia?

Duh, kayaknya aku terlalu berlebihan mikirinnya. Mungkin dia dapat info dari internet. Daripada mikirin dia lebih baik mikirin akan ketemu Rama dan keluarganya nanti malam. Setelah beberapa hari ini Rama sulit dihubungi dan kami jarang bertemu. Aku sangat rindu senyumnya yang manis dan suaranya yang selalu lembut saat menyapaku.

Aku harus dandan cantik!

##

Bunda dan Ayah sudah menunggu di ruang tengah apartemenku. Aku masih di kamar bingung memilih ingin pakai baju apa. Aku tahu ini memang bukan pertemuan pertamaku dengan Rama. Tapi setelah beberapa hari tidak bertemu rasanya aku jadi gugup lagi.

Apakah Kita Bisa Bertemu (Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang