5: rival.

88 9 2
                                    


Now you see me here facing my rival.

---------------------------

"Lo bisa diem gak?!" Bentakku.

"Lo tuh kenapa sih Len?!" Tanya Karren.

"Lo tuh sebenernya tau apa pura-pura gak tau sih?" Jawabku.

"Tau apaan sih?" Ucapnya.

"..."

"Oh yaudah kalo lo gak mau ngomong ke gua. Mending gua pergi aja."

Kenapa dia tidak tahu alasan kenapa aku marah. Mungkin dia tidak tahu bahwa aku menyukai Evan, apa lebih baik jika aku memberitahunya.

Ia mulai pergi dari tempat duduknya. Aku menarik tangannya lalu berkata,

"Sini gua ceritain kenapa gua marah sama lo." Lalu Karren kembali duduk di samping ku.

"Yaudah cerita sama gua kenapa lo bisa marah sama gua." Ujarnya.

Ini saatnya aku memberitahunya.

"Sebelumnya gua mau nanya sama lo. Lo pacaran gak sih sama Evan?"

"Ha? Sama Evan? HAHAHA" Ucap Karren diiringi dengan tawanya. Kenapa dia malah tertawa?

"Kok lo malah ketawa sih?" Ucapku kebingungan.

"Udah gua tebak. Kayanya lo suka sama dia." Aku hanya terdiam saat dia berkata seperti itu. Apa yang sebenarnya ia pikirkan.

"Bener kan? Yailah santai aja gua gak pacaran kali sama Evan." Ucapnya sambil menepuk-nepuk bahuku. Pipiku mulai memerah, aku malu.

"Tuh liat pipi lo merah. Gua itu gak suka sama dia."

"Lo beneran gak suka sama dia?"

"IYALAH, GUA GAK SUKA SAMA EVAN LA-"

Tiba-tiba Evan masuk ke kelas dengan teman-temannya. Mampus. Akupun reflek menutup mulut Karren. Ya tuhan ni anak.

Karren menyingkirkan tanganku dari mulutnya.

"KENAPA LO MALU YA?" Ia berteriak sangat kencang hingga membuat semua orang di kelas melihatku, termasuk Evan. Namun setelah itu ia nampak tak memperdulikanku dan Karren.

"Yaampun sorry Len." Ucapnya.

"Lo jangan kasih tau siapa-siapa soal ini ya Ren. Awas aja lo." Ancamku.

"Iya tenang aja Len. Rahasia lo aman kok di gua. Oh iya gua mau nanya sama lo."

"Nanya apaan Ren?"

"Lo sejak kapan suka sama dia?" Tanyanya penasaran.

"Udah lumayan lama."

"Ya maksud gua seberapa lama?"

"Udah dari kelas 9 gua suka sama dia."

"HA?! Berarti udah setaun lebih dong lo suka sama dia? Lo gak berusaha buat deketin dia?" Ia melontarkan banyak pertanyaan, mungkin karena ia terkejut saat mengetahui bahwa aku sudah menyukai Evan satu tahun belakangan ini.

"Iya kurang lebih gitu, gua gaberani lah Ren."

"Yailah Len, coba aja dulu. Lo pernah coba deketin dia gak?"

"Galah. Gua bukan yang kek cabe-cabean yang berani deketin cowo duluan. Ew." Jawabku sambil terkekeh.

"Hm... baiklah." Jawabnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"By the way, kita udah temenan lagikan?." Tanya Karren dengan nada yang agak pelan.

"Hm... gimana ya. Iya atau ga ya?." Jawabku dengan agak nada yang bingung.

"Udah maafin aja dih." Dengan muka yang sok polos. Ada-ada aja ni anak.

"Iyaaaa... Karren gua maafin kok." Jawabku. Dan ia hampir memeluk dan,

"Hettt... gua ga mau pelukkan sama lo gua masih normal, oke?." Jawabnya yang menjauh aku hanha terkekeh melihat tingkah lakunya.

"Gua juga ga mau please deh." Jawab gua yang sok-sok ga mau pegang dia.

"Ilenee!!." Seru seseorang yang datang ke bangkuku.

Felicia.

"Lo tau gak! Tadikan gini..." tidak lama kemudian Alice dan Tessa datang.

"Hai kalian semua! Nih Len jus yang lo nitip tadi." Ucap Tessa.

"Iye, makasih dah." Ucapku dan mengambil jus jambu yangku titip tadi.

"Dih Len kok lo ga perhatiin gua? Kan daritadi cerita." Ucapnya dengan kesal.

"Oh sorry, sorry, yaudah cer-."

*bunyi bel*

Kring...

Kring...

"IH KOK BARU MAU MASUK SIH! SETIAP CERITA SAMA ILENEE SELALU BEL. NAJIS." Jawabnya yang marah-marah. Iya sih bener juga.

"Yah Len lanjut nanti dah." Sambungnya.

----------

"Ibu minta Karren duduk sama Jodi." Oh ayolah Karren duduk denganku.

"Ilenne... kamu duduk dengan..."

Ibu jangan siksa aku.

"Sana duduk sama Felicia."

Urutan dudukku no 3 dari depan sebelah kiri. Ayolah yang benar saja. Sangat tidak stategis. Dengan Felicia? Bisa- bisa aku tidak fokus belajar.

"Alice dan Tessa... di belakang Felicia dan Ilenne." Tamatlah riwayatku.

"Ibu permisi intruksi." Ucap anak sombong, Olive.

"Mereka itu bu suka ribut kalo mereka berempat di gambungkan." Sambungnya.

"HEH MANA ADA GUA MAU RIBUT, LO IRI AJ-." Hentak Tessa.

Tessa memang orang yang sangat berani, ngomongnya asal, ngambil barang orang tanpa minjam, duduk senyamannya dia. Ya tuhan ni anak.

"Stttt diam kalian semua! Keputusan ibu tetap keputusan ibu." mampus lo. HAHAHA.

"Terima kasih bu." Jawab Olive. Songong banget sih.

"Najis tuh anak IRI BAT KEKNYA DIA! HAHAHA." aku hanya tersiam melihat tingkah Tessa.

"TESSA KAMU DIAM IBU PERINTAHKAN.!" perang dunia ke-3 nih(?).

"Yasudah ! Kita lanjut. Evan... kau disamping... Karren." Tenang Ilenee mereka hanya teman.

Evan melihat kearah Karren dan tersenyum lebar karna dia duduk dengan temannya.

There's No Second Chance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang