(PROLOG)

3.6K 328 64
                                    

Hai!! Aku bawa cerita baru nih. Semoga pada suka yah. Sorry for typos
**********************************

"Aku suka kamu sejak dulu, bahkan sekarang sudah menjadi sayang. Apa boleh kalau aku menjadi kekasihmu?"
Pria bermata hitam pekat itu memandang jauh ke dalam mataku. Rambutnya yang sedikit panjang tersapu oleh angin, membuat ketampanannya bertambah. Hidungnya mancung, membuat orang kebanyakan iri, dan bibirnya... Bibirnya yang baru saja berkata manis itu sangat menggoda.

Tunggu. Apa yang tadi dia katakan? Apakah dia baru saja menyatakan cinta? Astaga!! Pernyataan cinta pertama dalam hidupku!

Tapi aku tidak mengenalnya. Bagaimana bisa menerima seseorang saat kita bahkan tidak mengenalnya? Sekedar mengetahui namanya pun tidak. Apa yang lelaki ini pikirkan? Kenapa dia tidak seperti lelaki pada umumnya yang akan melakukan pendekatan terlebih dahulu? Huh membuat bingung saja.

Aku tersadar dari lamunanku. Aku tidak bisa membiarkannya menunggu terus, bukan? Kurasa aku akan langsung menjawabnya.

"Hm.. Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan.." Ucapku pelan seraya menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Bukan, aku bukannya berkata omong kosong. Tetapi bukankah kalau seseorang menyatakan cinta tandanya dia berpikir bahwa kita yang terbaik dari berbagai pilihan lainnya dan berpotensi untuk dijadikan pacar? Atau bahkan pendamping hidup? Aku hanya sekedar memperingatinya sebelum membuat keputusan.

"Aku juga tidak seburuk yang kamu pikirkan." Dia menunjukkan senyumannya, kemudian membuka tas punggungnya dan mengeluarkan sebuah coklat, "ini aku beli tadi di kantin. Kamu suka banget kan sama coklat? Kalo kamu mau terima aku, makan coklat ini ya.."

Aku melihat ke arah tangannya. Duh.. Benda laknat itu. Benda laknat yang selalu menjadi canduku! Ugh, kenapa sih dia nyuruh aku makan coklat itu? Gatau apa aku sedang diet?

Aku menatap matanya, dan memiringkan kepalaku, bingung. "Aku bahkan tidak mengenal kamu. Bagaimana mungkin aku menerimamu kalau namamu saja aku tidak tau?"

Dia menunjukkan deretan giginya. Gigi sekinclong tembok yang baru dicat putih. "Perkenalkan Putri, namaku Alfie Javas Prayata, kamu bisa memanggilku kekasihmu."

Aku terbengong-bengong. Wah wah.. Kepercayaan dirinya tinggi sekali ya. Kenapa dia bisa sangat yakin kalau aku bakal menerimanya? Emang sih dia tampan, tinggi, putih, dan yang paling penting, dia wangi. Tapi kan aku belum tau sifatnya?!

Aku melipat tangan di depan dada. "Dengar ya Javas, kita ini belum kenal sama sekali. Aku bahkan baru tau nama kamu tadi. Lagian, kenapa kamu sangat yakin bakal aku terima sih?"

Dia terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Lah? Bukannya mustinya aku yang geleng-geleng lihat tingkahnya?

"Alisha Fayola Ardhiana, Putriku, yang belum kenal sama sekali kan kamu. Aku sudah mengenal kamu dari sejak kelas 10 semester 1, dan ini sudah 3 tahun sejak aku melihatmu untuk pertama kali. Dan saat itu juga, hatiku yakin bahwa kamu lah yang cocok menjadi pendamping hidupku kelak." Dia mencubit pipiku pelan dan menunjukkan muka gemas. Ugh, baru kenal saja sudah main pegang-pegang. Aku menjauhkan tangannya dari mukaku. Satu sifatnya yang aku langsung ketahui, dia bawel.

"Lagi, kita pendekatannya nanti saja setelah menjadi sepasang kekasih. Bagaimana? Kamu terima aku tidak? Lihat nih coklatnya sudah mau meleleh." Lanjutnya sambil menggerak-gerakkan tangannya yang memegang coklat.

Aku melihat ke langit. Memang sih, hari ini panas sekali. Untung saja ada pohon rindang ini yang melindungi kami dari sumber kehidupan itu--matahari--

Aku bimbang. Terima atau tidak ya? Kalau diterima, takut tidak cocok. Kalau ditolak, takut menyesal. Hm.. Bagaimana kalau aku minta percobaan selama sebulan ya? Ya ya, itu ide bagus, Alisha!

"Hm.. Karena aku belum mengenalmu, bagaimana kalau kita melakukan pendekatan selama 1 bulan? Setelah itu baru kuputuskan untuk menerimamu atau tidak?" Tawarku. Yaa.. Setelah dipikir-pikir, sayang juga kan mahluk indah sepertinya disia-siakan?

Dia menunjukkan senyum terpaksanya, "Menurutku itu terlalu lama, Putri. Tapi karena hati ini sudah tidak sabar ingin menjadikanmu sebagai kekasih, maka akan kuterima tawaranmu hahahaha." Dan disambung dengan tertawa.

Ugh, mulutnya manis sekali. Aku harus berhati-hati dengannya. Bisa saja dia hanya modus dan sedang bosan, makanya mendekatiku. Dan oh! Aku baru sadar, dari tadi dia memanggilku putri terus. Emang dia kira aku putri raja apa? Tapi tidak apa-apa deh. Lucu juga hehe.

"Yasudah, yuk pulang. Aku yang antar.  Sudah jam 4 sore nih." Dia melihat ke arah arlojinya, kemudian menarik tanganku.

"Eh?! Apa nih pegang-pegang segala?!" Aku berusaha menarik tanganku dari genggaman hangatnya. Tapi dia malah semakin menguatkan genggamannya.

"Duh Putri, jangan melawan. Kamu kan kalau jalan lama. Nanti bisa-bisa makin sore pulangnya." Aku tertegun. Dia tau saja aku kalau jalan suka lama. Berarti dia selalu memperhatikan aku dong? Sampai hal-hal kecil seperti ini saja dia tau? Bahkan dia saja sampai tau kalau aku suka banget coklat.

Oh iya! Ngomong-ngomong soal coklat, kenapa tadi aku tidak ambil ya? Ah.. tapi kan aku sedang diet. Tapi.. Tapi... Itu kan coklat gratis... Hershey lagi.... Duh udah ah dietnya nanti saja.

Aku menarik-narik baju seragamnya dengan tanganku yang bebas. "Jav, coklatnya mana? Kok tadi tidak jadi kasih aku? Aku mau nih.."

Dia menoleh dan tersenyum, "Nanti saja ya pas sampai rumah kamu. Nih, pakai dulu helmnya." Helm? Aku melihat kearah kanan dan kiriku. Ya ampun, ternyata sudah sampai di parkiran. Aku mengambil helm yang berwarna merah dan memakainya.
Dan kemudian motornya melesat.

************************************
Gimana kira-kira? Lanjut ga ya? Comment yaa, jangan lupe vote!!
Much love,
Emily




YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang