1: hi there.

295 21 12
                                    

--------

Aku berharap dia membalas perasaanku.


Ilenee P.O.V

Untuk kesekian kalinya mataku tak pernah berhenti menatapnya.

Tiba-tiba

"Woi!"

Shit. Dia mengacaukanku disaat yang tidak tepat.

"ngapain lo ngelamun aja dari tadi?" tanya Karren

"Hah? Engga kok." Jawabku singkat.

"Lo dari tadi mikirin apaan sih?" tanya lagi.

"Kepo amat sih lo." tanpa mengalihkan pandanganku darinya.

Entah mengapa otakku tak pernah berhenti memerintahkan mataku untuk melihatnya. Aku selalu mencoba mengalihkan pandanganku darinya. Tapi alhasil sama saja. Pandanganku tak beralih dari nya.

"Woi Evan kita ke kantin yok!" Sapa salah satu temannya.

Aku tetap meperhatikan semua geraknya yang memberi batas buku yang ia pelajari tadi dan berdiri dari tempat duduknya dan lama kelamaan menghilang keluar dari pintu kelas.

--------------

Saat pelajaran berlangsung kami diperintahkan untuk mengumpulkan tugas kami.

"Gua benci fisika." cetus Karren.

"Eh lo buat gak?" Sambungnya.

"Buat." Sambil mencari buku latihan fisikaku.

Aku melihat kearah Evan yang sedang menggarut-garut kepalanya. Ia terlihat kebingungan. Aku berjalan kedepan untuk mengumpulkan tugas. Saat sudah sampai di meja guru aku melihat kearah Evan. Ia sama sekali belum beranjak dari tempat duduknya.

Saat perlajaran tengah berlangsung guru mengoreksi tugas-tugas kami.
Dan seperti biasa, murid yg belum mengumpulkan tugas, akan diberikan hukuman

"Sepertinya ada 1 anak yang belum mengumpulkan tugas yang saya berikan."

Aku serentak melihat kearah guru itu. Jangan-jangan yang tidak mengumpul itu Evan, ah tapi tidak mungkin.

"Evan Sander." Sebut guru tersebut.

"Iya bu?." Jawabnya Evan.

Yang benar saja dia tidak membuat tugas itu? Tidak biasanya seperti ini.

"Mana tugas kamu?." Tanya guru itu.

"Maaf bu saya lupa membuat bu."jawab Evan.

"Elah Van lo lupa buat apa sengaja mau minta hukuman?." Tanya Karren dengan di iringi kekehannya.

Aku hanya diam menatap Evan yang menggarut-garut kepalanya. Bagaimana bisa dia lupa?

"Evan. Kamu maju!."

Evan menuruti perkataan guru itu dan berdiri didepan.

"Semua perhatikan. Kalian saksinya bahwa Evan akan membuat 5 kali tugas ini dengan urut. Apakah kalian setuju?."yang benar saja.

Evan yang hanya menunduk melihat ke arah lantai. Semua murid hanya terdiam tidak berkata apa-apa.

"Evan, apa kamu mengerti?"

"Baik bu saya mengerti." Jawab Evan.

"Saya tunggu besok pagi kamu harus sudah kumpul."

"Baik bu."

"Silahkan duduk Evan."

--------------------

"Len. Lo tungguin gua ya! Kita pulang bareng, tapi bentar gua di panggil guru, ok?"tanya Karren.

"Ya. Sana gapapa kok."jawab gua

Lagi-lagi dia di panggil guru. Aku akui memang di Karren sangat cerdas dalam bidang hitung menghitung, dan dia sangat menyukai matematika.

"Eh Len gua duluan ya, gua sama Tessa mau makan nih, laper." Sapa Felicia.

"Iya gapapa, hati-hati ya." Jawabku.

"Iya lo juga ya." Jawab Felicia dan Tessa dengan keluar dari pintu kelas.

Aku melihat ke arah jam tanganku

15.02

Oh ayolah dimana Karren.

"Len masih lama ya? Sorry ya Len keknya gua duluan. Di rumah banyak kerjaan." Tanya Alice.

Ayolah yang benar saja.

"Baiklah tidak apa-apa lo duluan aja sana."

"Yakin?." Tanyanya

"Iya sana. Hati-hati ya." Jawabku.

"Baiklah sampai nanti besok."

Entah sekarang apa yang bisa kulakukan selain memandangi seorang laki-laki yang sedaritadi belum beranjak dari tempat duduknya, dia Evan.

Aku kasihan padanya, bayangkan 5 kali membuat tugas itu 1 tugas saja sudah sangat banyak.

Aku berniat untuk membantu tapi sayangnya aku tidak berani berkata. Sama sekali aku tidak pernah menegurnya sama sekali.

Aku harus berpikir bagaimana caranya agar aku dapat membantunya.

Aku melihat gumpalan kertas di mejaku. Tiba-tiba saja tanganku reflex mengambil kertas gumpalan itu dan pura-pura membuang kertas itu.

Aku berjalan melewati kursinya dan disana masih terdapat Evan.

Ayolah lo pasti bisa nyapa dia. 'dalam batinku'.

Pada saat selesai membuang sampah dia sama sekali tidak menoleh ke arahku. Tidak ada perdulinya aku lewat didepannya.

Aku terus berjalan kearah kebelakang untuk tetap seperti pura-pura tidak tahu. Tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Ilenee."

----------




There's No Second Chance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang