Honesty : Rindu Dalam Hati

930 161 158
                                    

Seongwu terbangun di pertengahan malam kala merasakan suhu panas yang menjalar menyentuh lengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seongwu terbangun di pertengahan malam kala merasakan suhu panas yang menjalar menyentuh lengannya. Kantuknya lenyap seketika menyadari si buah hati tertidur meringkuk di sampingnya sambil merancau tak jelas dengan wajah yang pucat.

Guanlin demam.

Seharusnya Seongwu sudah bisa menduga ini akan terjadi mengingat sejak kemarin Guanlin berubah menjadi pribadi yang pendiam dan nafsu makannya yang menurun. Namun tetap saja, nalurinya sebagai seorang ayah menggebu, Seongwu panik bukan main.

Dan kekhawatirannya semakin bertambah saat pagi menyapa dan suhu tubuh anaknya itu masihlah cukup tinggi. Seongwu tidak akan sekhawatir ini jika saja Guanlin setidaknya mau menyantap bubur yang telah Seongwu buat dan meminum obat sirupnya. Yang sayangnya, membujuk Guanlin meminum obat lebih sulit dari menyuruh anak itu membereskan cecaran mainannya.

"Makan dulu yuk, sayang."

Seongwu mengusap rambut Guanlin yang menjadi klimis akibat peluh. Plester pereda demam sudah melekat di pelipisnya. Matanya memejam, tapi Seongwu tahu anak itu tidak bisa tertidur nyenyak tanpa terbangun lima menit kemudian. Bibirnya sesekali mendesisㅡmengeluhkan kondisi tubuhnya yang kurang nyaman.

Setiap ucapan yang Seongwu lontarkan, Guanlin hanya membalas dengan gumaman tak bertenaga.

"Nanti kamu sakit terus, emang mau? Papa panggil dokter.. mau?"

Dalam kamus Guanlin, dokter adalah musuh terbesarnya. Hanya mendengar kalimat itu saja kelopak mata Guanlin langsung mengerjap berkeberatan.

"Noooo!"

Seperkian detik berikutnya, anak itu mulai merengek. Dengan tenaga yang tak seberapa dan sorot mata sayu yang menatap Seongwu tak percaya, Guanlin memprotes dengan suaranya yang tersendat-sendat. Merasa dikhianati bilamana sang papa benar memanggil dokter.

"Guanlin Guan gak mau ketemu dokter huwaaaa Papa jahat.. jangan dokter.."

"Iya, iya maaf. Gak akan Papa panggil dokter. Tapi makan ya?" Bujuk Seongwu lagi seraya meraih mangkok bubur yang semula ia tempatkan di atas nakas.

Tapi Guanlin tetap menolak. Anak itu kembali menggeleng lemah lantas menarik selimut hingga menutupi separuh wajahnya.

"Kok gitu? Makan dulu biar cepet sembuh, ya?

Guanlin hanya diam bergeming, Seongwu jadi mendesah putus asa. Merasa dirinya adalah ayah yang payah. Membujuk anaknya untuk makan saja Seongwu tidak bisa.

"Kak?"

Sebuah suara panggilan menginterupsi Seongwu yang nyaris bergelut dengan pikirannya sendiri. Atensinya teralihkan pada Jaehwan yang melenggang masuk ke kamar hingga tungkainya berakhir di samping ranjang. Sejenak, adiknya itu menaruh punggung tangannya di dahi sang keponakan sebelum kembali bersuara, "Obat demamnya belum diminum?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5 Reasons Why | OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang