Mari Temukan Yang Lainnya!

35 2 1
                                    

Rakka yang dipindahkan menggunakan sihir pemanggil kini tiba di sebuah tempat yang gelap.

Ia memalingkan wajahnya beberapa kali untuk mengenali tempat itu.

"Selamat datang... Iblis pengguna sihir darah terbaik," sapa suara perempuan yang menyambutnya dari balik kegelapan.

Sambil menoleh kedepan, Rakka menjawab sapaan tak terduga itu.
"Suara ini.. Liva?" tebaknya yang mengenal suara wanita itu.

Sosok misterius dibalik kegelapan itu pun menepuk tangannya yang kemudian menyalakan obor-obor di dalam ruangan.

Rakka kini mengenali tempat dirinya berada yaitu di dalam sebuah kamar tidur, sementara di depannya, duduk seorang Putri raja iblis dengan rambut putih serta dua tanduk kecil yang menghiasi kepalanya sedang duduk di ranjang kamar.

"Sebelum kau bertanya kenapa aku memanggilmu, berdirilah terlebih dahulu," ucap Liva menghentikan gerakan mulut Rakka yang ingin menanyakan hal tersebut.

Rakka pun berdiri di tengah lingkaran mantra pemanggil.
"Lalu, katakan apa maumu?" tanyanya sambil menatap mata biru Liva.

Putri iblis itu pun menjawab pertanyaan Rakka dengan nada yang menggoda.
"Aku tahu di dalam hatimu.. Kau masih menginginkan kekuatan tiga mata iblis bukan?" tanyanya sambil merapatkan kedua pahanya yang tertutupi oleh gaun tidur nan tipis.

Sementara Rakka hanya diam menatapi gerak-geriknya itu.

"Apa sebenarnya maumu? Kau tahu kan kalau menggoda seseorang bukanlah cara yang baik untuk bernegosiasi," sindir Rakka.

Liva pun tersenyum dan berdiri memperlihatkan buntutnya yang bergoyang kemudian perlahan berjalan mendekatinya.
"Kita berdua menginginkan tujuan yang sama. Kekuatan dan kekuasaan, kau berniat menjadi yang terkuat dengan memiliki ketiga mata iblis dan aku yang menginginkan tahta Ayahku," jelasnya.

Liva kini mengunci jarak diantara mereka dan dengan lemah gemulai ia menyentuh punggung Rakka kemudian berjalan ke belakangnya dan berbisik:
"Kau tidak menginginkan tahtanya bukan?" bisik Liva diikuti tangan kanannya yang kini meraba perut telanjang mantan tiga mata iblis itu.

Hembusan nafas Rakka terdengar berat.
"Kalian para Succubus selalu menawarkan hal yang sama," jawabnya yang kemudian meledakkan tangan kiri Liva yang menyentuh bahunya.

Tanpa merasa sakit, Liva merespon serangan itu dengan godaannya.
"Aww.. Sangat disayangkan," bisiknya kemudian menekan kukunya di perut Rakka.

Rakka yang tersadar segera melepas pelukan berbahaya itu namun Liva dengan cepat merobek perut Rakka yang membuatnya terjatuh.

"Gahk.." erang Rakka sambil memegangi isi perutnya yang keluar.

Liva mengibaskan lengannya untuk membersihkan bercak darah yang mengotori tangannya.
"Pembohong, licik, rakus serta hal jahat lainnya adalah bagian dari sifat-sifat alami kita, dan kau sudah melupakan hal itu!" bentaknya yang mulai naik pitam.

Liva pun menyembuhkan tangannya kembali dan berlutut sambil menarik wajah Rakka untuk menatapnya.
"Tidak perlu merasa sungkan untuk kembali menjalani kejahatan yang kau perbuat dahulu," ucapnya menawarkan sebuah negosiasi.

Dalam tatapan yang meyakinkan itu, Rakka mengingat masalalunya, dimana dahulu ia adalah salah satu dari tiga mata iblis yang berkhianat untuk menguasai seluruh kekuatan besar itu.

"Melihatmu dihakimi waktu itu membuatku sadar bahwa apa yang kau perbuat bukanlah sebuah kesalahan. Kerakusan merupakan sifat utama kita! Seseorang pasti akan memperjuangkan apa yang dia mau bukan?" ucap Liva yang mengingat hari dimana ia duduk di samping sang Ayah dan Lahn serta Kabin dan seorang mata iblis lainnya tengah menghakimi perbuatan Rakka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dunia BaruWhere stories live. Discover now