03 - Sosok Asing

40.8K 5.9K 33.3K
                                    

DIRGAHAYU CALDERIOZ KE 33! Semakin beradikara & berjaya selamanya🏴‍☠️🖤

SIAPA YANG SENENGG? Absen dulu dengan ucapan selamat ulang tahun ke Calz yuk!❤️‍🔥❤️‍🔥

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belumm?🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama yaa!🥰💙

⎯⎯⎯

SELENTINGAN kabar burung terus mengayun di udara SMA Derlangga, mengenai kekosongan dan jarak antara motor Ares dan Moreo. Bibir terus berbisik, "Ada apa sebenarnya? Sejak kapan Pasukan inti Calderioz batch 30 hanya beranggotakan 5 orang? Mengapa Aiden menghilang?" Hingga beberapa saat lalu mereka sudah mendengar, mendengar kabar yang buruk sekali datang dari Aiden Marcellino Bagaskara. Seluruh warga sekolah terpaku, tak percaya, dan tak sedikit yang menangis.

Tanpa perlu banyak berbicara, serentak mereka semua dipenuhi magi kesedihan. Bendera hitam dan kuning mengibar di mana-mana. Walau tidak benar-benar tahu kebenaran dan cerita rincinya, sebab tak ada yang berani bertanya pada Calderioz. Tak ada seorang pun yang menyinggung kepergiannya. Seolah membicarakan Aiden adalah hal tabu nan sensitif meski sudah beberapa waktu berlalu.

Namun, hari demi hari senyum dan kebahagiaan mulai tercipta. Seperti saat ini, ketika Moreo sedang melayangkan kecupan jauh pada Bu Rini—Guru BK SMA Derlangga. Seketika guru yang lagi muda itu melotot tajam. "Moreo, ngapain kamu kelilipan sambil nyium-nyium tangan gitu? Monyong-monyong segala! Bau tangan kamu? Cuci tangan sana, jangan jorok!" omel Bu Rini yang sekarang sedang mengisi jam Bimbingan Konseling.

"Duh si Ibu, ini namanya kiss bye, Bu!" jelas Moreo sambil mencontohkannya sekali lagi. "Muach! Kiss bye unyu-unyu itu khusus dari laki-laki ganteng buat perempuan yang dia anggap cantik doang, lho, Bu!" lanjut laki-laki itu yang disambut tawa teman-temannya.

Bu Rini tampak tersipu, "Apa, sih, kamu!" ujarnya seraya melambaikan satu tangan. "Jadi maksud kamu Ibu cantik gitu?"

Moreo merapikan rambutnya dengan gaya berlebihan dibantu Laskar. "Tunjukin pesona lo, Mor!" dukung Laskar yang dibalas anggukan yakin Moreo. "Ya jelas dong, Bu. Secantik, seawet muda, sebijaksana Ibu masa gak cantik? Saya nyesel lahir kelamaan, jadi gak bisa hidup di zaman Ibu muda. Coba kita hidup sezaman, pasti saya udah ngejar Ibu terus untuk jadi mama dari anak-anak saya."

Ardhan mengernyit, ia yang duduk di atas meja Moreo mendorong bau laki-laki itu kasar. "Gak usah lebay!"

"Saya sungguhan, lho, ini, Bu!" seru Moreo ketika hampir satu kelas menertawakan gombalannya.

Bu Rini mencebikkan bibirnya kesal, "Iya saya juga sungguh-sungguh gak mau sezaman sama kamu apalagi jadi—apa kamu bilang tadi? Mama dari anak-anak kamu?!"

"Iya, Bu, tadi Moreo ngomong begitu. Omelin aja, Bu!" timpal Laskar hingga Moreo merenggut kasar.

Moreo beranjak berdiri, bahkan sebelum ia sempat mengatakan apapun, seisi kelas apalagi keempat teman-temannya sudah tertawa lebih dulu. Menunggu kejenakaan dan kehebohan yang setelah ini Moreo ciptakan.

"SEBASTIAN!!" seru Bu Rini panik ketika Moreo mulai menghampirinya. Mendengar nama tengahnya dipanggil, Ares yang sedang sibuk memainkan ponsel pun menaikkan kepalanya. Mengulas senyum tipis pada Bu Rini, "Ya, Ibu, sayang?"

Mendengar hal itu Ardhan dan Laskar seketika memegang dada mereka, terhuyung ke belakang dengan gerakan yang dramatis. "Panah cinta segera meluncur, siap memanah dan mencabik-cabik hati Bu Rini!" kata Ardhan.

"Segala mencabik-cabik, singa kali ah," balas Laskar. "WAH INI, MAH, BENERAN HATI SUAMI BU RINI YANG TERCABIK-CABIK!" lanjutnya ketika Bu Rini sedang bersemu merah, bukan hanya pipi tapi seluruh wajah bahkan sampai ke leher!

ANTARES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang