sembilan

833 129 19
                                    

Pagi yang cerah disambut oleh pemandangan menggemparkan kala Lintang, ketua dari enfant, datang bersama Airin, adik dari Nanda sekaligus siswa yang menempati ranking satu paralel selama ia menjabat menjadi siswa SMA Bima Sakti. Hampir setiap sudut membicarakan serasinya Lintang dan Airin ketika berjalan beriringan di koridor. Tidak sedikit dari mereka juga memberikan respon negatif.

"Risih nggak?" tanya Lintang pada Airin yang tengah berjalan di sampingnya.

Perempuan dengan rambut sepundak dan dibiarkan terurai pagi ini menggeleng sambil tersenyum. Selain dibicarakan karena kepintarannya, Airin juga dibicarakan karena kecantikannya. Perempuan yang berada satu tingkat dibawah Lintang tetapi berusia dua tahun lebih muda dari Lintang tersebut termasuk dalam jajaran gadis populer di SMA Bima Sakti.

"Cantik banget sih?" goda Lintang.

Airin terkekeh ringan, ia mendorong pelan tubuh Lintang. "Bisa aja."

Lintang ikut terkekeh, ia mengembalikan posisi tubuhnya yang sempat didorong menjauh oleh Airin. Menghabiskan waktu sekitar lima menit berjalan dari parkiran menuju ruang kelas, akhirnya Lintang dan Airin tiba di depan ruang kelas sepuluh MIPA satu. Letak ruang kelas sepuluh berada di lantai satu, sedangkan ruang kelas sebelas, ruang kelas Lintang bersama teman angkatannya berada di lantai dua

"Thank you udah mau jemput dan anter gue ke kelas ya Kak." Airin kembali menyuguhkan senyum manisnya pada Lintang.

"Santai, kalau Nanda nggak bisa nganter lo, feel free aja buat ngontak gue." Lintang ikut menarik kedua sudut bibirnya. Setelah memberikan tepukan lembut pada pundak Airin, Lintang pamit dan berlalu dari ruang kelas Airin yang sudah tampak ramai. Dari tempatnya berdiri tadi ia bahkan bisa merasakan tatapan menggoda dari teman kelas Airin.

•••

"Jiah yang abis berangkat bareng ayang raut wajahnya seger bener." Tama, lengkap dengan seragam olahraga khas bima sakti menggoda Lintang yang tengah berjalan ke arahnya.

Adhit yang juga menghuni kelas sebelas MIPA tiga bersama Tama, Zora, Deeva, dan Maira geleng-geleng kepala. Terkejut dengan perkembangan kedekatan sang ketua dengan adik temannya. Pasalnya Lintang tidak pernah terlihat serius ketika membicarakan perasaannya pada Airin, lantas pagi ini ia malah mendengar bisik-bisik heboh teman angkatannya mengenai Lintang yang datang bersama Airin.

"Mumpung ada kesempatan," ucap Lintang sambil melakukan fist bump pada Adhit dan Tama.

"She is your bro's sister loh, Tang," tutur Adhit sedikit memberi peringatan. Ia hanya takut temannya hanya main-main pada Airin dan berakhir merusak persahabatan mereka dengan Nanda. (Dia adik temen lo loh, Tang.)

"Santai aja." Lintang menumpukan tubuhnya pada pembatas balkon. Sedikit tidak heran beritanya datang bersama Airin sudah sampai pada teman angkatannya mesti ia mengantar Airin hanya sampai lantai satu.

"Noh lo liat kelakuan abangnya," lanjut Lintang mengarah pada dua insan yang berjalan di ujung koridor.

Atensi Tama dan Adhit sontak terarah pada dua insan yang Lintang maksud. Kepala Adhit semakin heboh geleng-geleng dibuatnya. Benar-benar playboy kelas kakap. Padahal jelas-jelas tiga hari yang lalu Nanda datang bersama teman kelasnya dan hari ini laki-laki tersebut sudah mengganti gandengannya.

"Nggak ada kapok-kapoknya temen lo digamparin cewek." Tama terkekeh pelan.

Bisa mereka lihat Nanda yang dadah-dadah heboh pada mereka sebelum berbelok pada ujung koridor, di mana ruang kelas sebelas IPS berada. Tidak lama setelah menghilangnya Nanda, datang Zora bersama Maira yang sudah mengenakan kaus olahraganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang